cerpen sedih (sebenarnya lebih GAJE)-pemula

Senin, 28 Oktober 2013



Agrophobia
Sejuknya udara pagi dan dingin yang menerpa tubuhku pagi itu, membuatku tak ingin beranjak. Seperti biasa aku duduk menghadap keluar jendela kamarku yang langsung menghubungkan dengan taman belakang. Semenjak aku mengalami “agrophobia”, aku meminta ayah untuk membuat jendela yang besar yang langsung menghubungkan ku dengan taman belakang. Karena aku akan merasa lebih nyaman saat berada dikamar, daripada harus bertemu dengan orang-orang di luar sana, kecuali dengan keluargaku.

Namaku QUEISHA ANYA.  Saat ini aku sudah duduk di bangku kelas 3 sma. Mungkin orang-orang heran dengan sikapku yang aneh. Aku tidk pernah mau jika diajak oleh teman2 ku hanya untuk sekedar jalan2 atau pergi kerumah teman yang lain. Aku lebih suka berdiam diri dirumah dengan menghabiskan waktu untuk memasak, membaca novel atau hanya sekedar nonton film yang ada di laptopku daripada pergi dengan teman2. Alasanku selalu saja “malas” atau “tidak dizinkan orang tua”, padahal alasan utamaku adalah aku benci keramaian. Mereka tidak pernah tau.

Hari ini, rumahku kedatangan tamu, yaitu saudara2 ibuku dari Kalimantan. Seperti biasa aku langsung berlari ke kamar dan mengunci pintu. ‘Aku mendengar pembicaraan mereka dari dalam saja’ ujarku dalam hati. Lalu tiba2 terdengar suara ibu memanggil,
‘anya .. keluar sebentar nak, kamu lagi ada tamu kok ngurung diri dikamar’ ujar ibu dari luar
‘lagi ngerjain tugas bu, banyak banget ,’ akhirnya aku harus berbohong
Hanya itu satu2nya alasan yg membuat ibu tidak memanggilku lagi. Aku selalu menggunakan alasan tersebut saat kejadian serupa terulang kembali.
Saat semua saudaraku sudah plang (mereka menginap di hotel),  ternyata ibu menyerang ku dengan berbagai pertanyaan yang membuat ku ingin mengangis.
“nya, kamu kenapa setiap saat harus mengurung diri dikamar?”Tanya ibuku. Yang sudah pasti jawabannya tetap sama.
“lagi banyak tugas bu, dan tugasnya harus dikumpul besok,”
Aku fikir ibu berhenti bertanya, ternyata masih berlanjut ditambah wejangan singkat yang membuat ku ingin menangis.
“kenapa setiap ibu ajak ke rumah saudara kamu tidak pernah mau ikut?, atau pergi dengan teman2mu? Anya.. kamu hidup tidak bisa hanya mengandalkan diri sendiri, suatu saaat kamu akan membutuhkan orang lain, kalu kamu tidak mau berbaur dengan orang banyak bagaimana mungkin orang mau membantumu jika kamu membutuhkan bantuan”.ujar ibuku panjang lebar, yang membuat air mataku tak terbendung lagi.
“aku juga ingin melakukan apa yang ibu katakan, tapi tidak bisa bu.. saat anya ada di dekat orang2, anya merasa ingin menangis. Ibu tahu kenapa, anay merasa bahwa meraka tidak pernah menganggap anya ada, mereka hanya membicarakan anya seakan-akan anya seonggok sampah yang tak berguna, hati anya sakit bu.” Jawabku sambil terisak.aku berlari kekamar dan mengunci pintu rapat2.
‘Maaf bu, aku menjawab ibu dengan lancang’ ucapku dalam hati. aku tak menghiraukan panggilan ibu di luar. Saat ini aku hanya ingin menangis.
Terkadang akau bosan dengan keadaan ku yang seperti ini. Tapi aku sudah berusaha menghilangkan nya. Tapi bukan berkurang malah makin bertambah.
“Setiap kali ia melangkah keluar dunia,
wanita itu sering menjadi makhluk tak terlihat.
itu sebabnya wanita itu bersembunyi di dalam kamarnya..
seperti kandang yang nyaman bagi seekor burung yang sayapnya patah.”